Senin, 02 Juni 2008

Philip


Philip (meninggal tahun 1676), kepala suku asli Amerika, yang memimpin sukunya, Wampanoag serta beberapa suku lainnya melawan pendudukan bangsa Inggris yang membentuk koloni New England di benua Amerika. english ]

Philip dilahirkan di pedesaan suku Indian Wampanoag di Mount Hope, Rhode Island. Ayahnya, Massassoit, adalah seorang sachem (ketua suku), mengajak dua putranya tinggal di sebuah wilayah pendudukan para pendatang Plymouth dan memberi mereka berdua nama-nama Inggris; anak tertua diberi nama Alexander, dan yang satunya Philip.

Alexander kemudian menjadi kepala suku Wampanoag setelah ayahnya wafat. Tahun 1661, pada suatu kesempatan Alexander tertangkap dan dibawa ke Plymouth Bay; dalam perjalanan menuju Plymouth ia sakit dan meninggal mendadak, sehingga menyebabkan para suku Indian Amerika menaruh curiga bahwa dia telah diracuni. Setahun kemudian Philip menjadi kepala suku.

Sebagai kepala suku, Philip memperbarui perjanjian yang telah dibuat ayahnya dengan para kolonial dan hidup berdampingan secara damai dengan mereka selama 9 tahun. Namun lama-lama Philip merasa sebal dengan kaum kulit putih karena pertumbuhan populasi mereka semakin mengkhawatirkan, ditambah kegagalan panen tambak ikan mereka, penyerobotan terhadap tanah sukunya. Penukaran barang-barang milik orang Inggris atau senjata dengan tanah, suku asli Amerika perlahan-lahan tersingkir ke wilayah pinggiran yang berupa rawa-rawa.

Keangkeran Philip's semakin meningkatkan ketetgangan di antara mereka. Ia mendeklarasikan bahwa dirinya sederajat dengan "saudara" Raja Charles II. Ia juga mulai merencanakan untuk menyerang para pendatang. Tahun 1671 ia diseret ke pengadilan Taunton, Massachusetts, dan dihadapkan dengan bukti-bukti rencana penyerangan yang akan dilakukannya, tapi kemudian ia dilepaskan setelah menandatangani pernyataan menyerah, membayar denda, dan menyerahkan sebagian pasukannya.

Perpecahan antara dua ras tersebut terjadi tahun 1675. Ketika mantan sekretaris Philip, Sassamon, dibunuh oleh orang-orang Wampanoag, yang menuduh Sassamon berkhianat memberikan rahasia suku mereka kepada para penjajah tersebut. Tiga kesatria Wampanoag dieksekusi atas kejahatan ini. Philip bereaksi dengan mengirimkan wanita dan anak-anak dari sukunya untuk tinggal bersama Indian Narragansett serta beraliansi dengan suku Nipmuck. Pada 24 June 1675, mereka menyerang perkampungan kolonial dan menyebabkan perang yang disebut King Philip’s War.

Pertempuran meluas sampa ke Plymouth dan wilayah koloni teluk Massachusetts, ke barat sampai Sungai Connecticut, dan ke utara sampai ke Vermont. Indian Amerika itu membunuhi laki-laki, wanita, dan anak-anak dalam penyerangan itu. The United Colonies of New England mengirimkan pasukan gabungan dalam perang yang menentukan tersebut, tetapi Philip memilih menghilang, menjebak, dan menyerang yang biasanya dipimpin sendiri dengan efektif. Namun, ia tak pernah berhasil membujuk suku Mohegan dan Indian Mohawk untuk bergabung dengannya.

Kaum penjajah kemudian mencoba strategi baru. pada 19 Desember 1675, gubernur Josiah Winslow dan 1,000 pasukannya menyerang perkampungan Narragansett, dan membunuhi 1,600 orang suku asli Amerika, dan menangkapi wanita dan anak-anak suku Wampanoag, dan menjual mereka sebagai budak ke West Indies dan Amerika Selatan. Mereka juga memusnahkan lading-ladang milik suku asli Amerika, membebaskan tahanan politik, dan memberikan hadiah bagi siapa saja suku Amerika yang mati dalam peperangan.

Philip melihat pasukannya terpukulm maka bersama beberapa pengikutnya yang setia ia berkelana dari suatu tempat ke tempat lainnya; sementara, istri dan anaknya tertangkap dan dijual dalam perbudakan. Di wilayah rawa-rawa dekat Mount Hope ia tertembak pada 12 Agustus 1676 oleh seorang suku asli Amerika yang bekerja untuk penjajah. Jasad Philip dipenggal dan dicerai-berai, dan kepalanya dipamerkan di Plymouth selama hampir 20 tahun.

Peperangan Philip mengakibatkan 12 kota pemukiman dihancurkan, ribuan orang yang mati, dan menimbulkan hutang sebesar 100,000 pondsterling. Kemenangannya secara umum merupakan hasil dari ketidak efektifan kolonial, tapi peperangan itu sesungguhnya merupakan akibat dari meningkatnya ketegangan soal pertanahan akibat dari pesatnya pertumbuhan koloni Inggris di Amerika.

Tidak ada komentar: