Eleanor Aquitaine (1122-1204) Ratu Perancis dan juga Ratu Inggris, adalah kekuatan di belakang beberapa singgasana. la mempengaruhi pemerintahan empat orang raja, dua orang di antaranya suaminya, dan dua orang lagi putranya. Duchess cantik yang memerintah daerah Aquitaine ini tidak pernah menemukan kebahagiaan pada akhirnya, tetapi dalam sejarah ia menjadi seorang politikus wanita dalarn arti yang sebenarnya. [ english ]
Dilahirkan pada tahun 1122 di duchy Aquitaine yang makmur, yang sekarang disebut Perancis Selatan, Eleanor adalah putri Duke William. Waktu ia dilahirkan, Perancis terbagi bagi atas beberapa duchy (semacam negara bagian yang merdeka). Setiap duchy diperintah oleh seorang duke atau duchess, yang masing masing mempunyai kelonggaran kesetiaan kepada Raja Perancis. Salah satu duchy yang terluas dan terkuat di antara semuanya itu adalah Aquitaine, yang dalam beberapa hal lebih penting dari negara Perancis itu sendiri.
Sejak masih anak anak pun Eleanor Aquitaine lebih ter¬tarik pada masalah masalah politik dan militer daripada terhadap hal hal yang disebut "pekerjaan wanita". Berbadan langsing,dan lemah gemulai, ia unggul dalam hal naik kuda dan panahan. Duke William bisa jadi menyesal karena tidak mempunyai putra laki laki, tetapi sementara Eleanor tumbuh berangkat dewasa, ia bersukur atas keberuntungannya yang baik dengan mempunyai seorang gadis seperti itu. Setelah ibunya meninggal dunia, Eleanor menjalin hubungannya yang lebih erat dengan ayahnya. la sering sekali turut bersama ayahnya mengadakan kunjungan muhibah ke seluruh daerah Aquitaine; dengan cermat memperhatikan bagaimana cara ayahnya berurusan dengan rakyat. Eleanor sangat populer di kalangan rakyat Aquitaine. Karena itu, ketika Duke William meninggal dunia pada tahun 1137, rakyatnya sudah siap menerima Eleanor sebagai pengganti ayahnya, menjadi duchess yang mengepalai daerah itu.
Sesungguhnya ada masalah serius pada waktu Duke William meninggal dunia. Eleanor bercinta cintaan dengan seorang satria tampan yang bernama Richard, tetapi statusnya dipandang terlalu. rendah baginya untuk menjadi suami seorang duchess. Duke William telah merasa risau akan hubungan Eleanor dengan Richard, namun ia tidak berbuat apa-apa untuk mengakhirinya. Tetapi setelah Duke William meninggal dunia, beberapa orang anggota dewan yang berkuasa memutuskan bahwa Eleanor tidak boleh diberikan kepada seorang yang hanya berderajat satria belaka. Cantik, kaya, dan secara politis amat penting, ia merupakan rahmat yang harus diselamatkan bagi peminang yang tertinggi.
Cinta Eleanor kepada Richard akhirnya dibunuh. Ada kisah yang menceritakan bahwa Richard dibunuh tepat di depan mata Eleanor yang ketakutan pada suatu malam ketika mereka berdua berusaha bertemu secara rahasia. Bagaimanapun juga, Richard telah lenyap. Tidak berapa lama kemudian, Eleanor yang baru berusia lima belas tahun itu menikah dengan Pangeran Louis, ahli waris mahkota Perancis. Secara politis, sekurang kurangnya pemikahan itu merupakan langkah cemerlang. Dengan menyatukan duchy Aquitaine yang makmur dan luas ke dalam kekuasaan mahkota Perancis, hal itu berarti mengimbangi tanah milik Duke Normandia, Geoffrey Plantagenet. (Normandia juga seperti Aquitaine, merupakan salah satu duchy yang terkuat di Eropa Barat, dan Plantagenet yang suka berperang itu selalu mencari tanah agar lebih luas lagi).
Beberapa hari setelah Eleanor menikah dengan Pangeran Louis, dinobatkanlah Pangeran Louis yang berumur delapan belas tahun itu menjadi Raja Perancis dengan gelar Louis VII. (Ayahnya, Raja Louis VI, telah meninggal dunia setelah memerintah Perancis selama tiga puluh tahun). Adapun Louis muda belia ini, pemalu, pendiam, dan alim berlebihan. la seorang yang cerdas, tetapi ia hampir sepenuhnya dikuasai oleh dua orang pendeta yang berpengaruh, yang bernama Odo dan Bernard.
Eleanor, sebagai ratu mendapatkan istana Perancis di Paris dalam. keadaan pudar dan suram. Teman terdekatnya di sana seorang perwara yang bernama Amaria. Bila diberi kesempatan niscaya telah berkali kali Ratu Eleanor, dengan pengetahuan politik Aquitaine nya, dapat menolong Louis memerintah daerah yang baru. diperolehnya. Tetapi para penasihat raja tidak memperbolehkan Eleanor turut serta dalam masalah masalah politik, karena mereka merasa bahwa Eleanor mempunyai pengaruh buruk kepada suaminya. Di mata mereka, sang Ratu adalah wanita pencari kesenangan duniawi yang moralnya diragukan.
Louis VII juga barangkali mencintai sekali permaisurinya yang cantik jelita, wajar sebagai seorang laki laki menurut kodratnya. Tetapi dia seorang laki laki yang dingin, tidak romantis, dan tidak mementingkan hal hal duniawi. Sedangkan Eleanor, seorang wanita yang penuh gairah dalam masa remaja belia, merasa tertipu dalam pernikahannya. "Kukira aku telah menikah dengan seorang raja," katanya pada suatu ketika, "tapi ternyata aku telah menikah dengan seorang rahib!" Karena hanya memperoleh perhatian kecil dari suaminya, setiap hari berjam jam Eleanor menghabiskan waktunya dengan memperbincangkan angan angannya bersama perwaranya, Amaria, tentang cinta asmara dan para satria yang berpakaian besi berkilau kilauan. Sang Ratu sering mengejek istana Perancis karena kaku dan formal, dan dia hanya memakai waktu sedikit saja untuk mengisinya dengan musik, senda gurau dan nyanyian nyanyian romantis para penyair pujaan. Raja Louis tidak menyetujui kebiasaan permaisurinya, tapi dia membiarkannya saja.
Ratu Eleanor seorang wanita yang cerdas, berpendidikan, dan telah menyelami hampir semua sekolah di Paris sekaligus. Di kota ini, grup grup kecil para. sarjana dari seluruh Eropa mempelajari teologi, filsafat, dan hukum kenegaraan dengan tokoh tokohnya. Para wanita diperbolehkan mendengarkan ceramah ceramah dan perdebatan perdebatan, tapi dilarang turut serta bersama mereka. Hal ini mengecewakan Eleanor yang suka bicara terang terangan, dan bilamanapun ia mengikuti pelajaran di sekolah sekolah, ia harus menggigit lidahnya agar tidak berbicara.
baca selengkapnya >
Tidak ada komentar:
Posting Komentar